blog*spot
get rid of this ad
Terali Picis


Friday, January 16, 2004

mampukah kembali?


sebuah irama kesepian yang tertaut diatas bukit kerinduan,
burung gagak yang mengalunkan paduan tangis pilu
menebar sapuan angin lara disekitar atap kuil malam
melantunkan tembang pemanggil rembulan
diantar lebatnya hujan yang mengguyur pepohonan...
mampukah sebutir intan yang telah lama tertimbun
didalam karang terlepas dari penjara cinta?
agar dia bisa bersinar kembali dengan kemilaunya
yang memikat datangnya kembali arti sebuah kehidupan
yang sesungguhnya didalam hari-hari cerah,
terang dan bersinar nan penuh keceriaan...
bukan terbelenggu kokoh dan mati dibalik fosil waktu...
mampukah dia kembali???



00:36
14 january 2004
wednesday

EdSeN meneteskan darah pada saat 9:33 AM


tiang-tiang cabul menyisip noda darah dibalik penjara!

Bercak-bercak darah terselip dibalik dinding duka, akankah penjara ini menjadi saksi kerangka yang menjadi debu dibalik batu-batu? lorong gelap yang mengundang cekam didalam setiap langkah, sarang laba-laba menghiasi tiang-tiang cabul yang terkunci didalam labirin mistik, mencoba menyisip noda diatas tanah lembab, berlumpur... jejak tapak kaki yang tak memberi petunjuk dimana jarum mata angin hendak pergi. Terali picisan yang selalu mengeluh akan sebuah tangis-rintih cinta ditengah malam...

Tulisan-tulisan kemarin

10/01/2003 - 11/01/2003
11/01/2003 - 12/01/2003
12/01/2003 - 01/01/2004
01/01/2004 - 02/01/2004
02/01/2004 - 03/01/2004
03/01/2004 - 04/01/2004
04/01/2004 - 05/01/2004
06/01/2004 - 07/01/2004
09/01/2004 - 10/01/2004
12/01/2004 - 01/01/2005
01/01/2005 - 02/01/2005
02/01/2005 - 03/01/2005
03/01/2005 - 04/01/2005
04/01/2005 - 05/01/2005

pesan & kesan

~*"Ruang Bilik Kamar EdSeN"*~

tetes-tetes darah yang membanjir didalam jeruji!

bagaikan derasnya air hujan yang mengguyur... Darah pun kian membanjir didalam penjara terkutuk ini, hanya ada rangka tengkorak menemani langkah kaki malam... Diiringi simfoni lengkingan setan yang bernyanyi, mewakili dentang sang waktu yang mati diseberang puri, tikus-tikus pemakan jasad bangkai berpesta pora didalam mistiknya kesunyian, dan ragam tarantula datang memberi berkah kematian dengan racun melelehkan seluruh daging dan kulit... Hingga akhirnya, tetes darah membanjir didalam jeruji!