Sunday, February 08, 2004
kematian
sebungkus lauk yang membasi diatas jembatan layang
dengan aroma tengik datang menjamu sesosok mayat
yang tewas penasaran dan membanal dibawah pohon kapas
tanpa mengetahui dimana keberadaan tempat tinggalnya,
dan sebuah gubuk beratap rumbia yang rusak
kini pun menjadi tempat terbaik untuk berteduh
walaupun hanya beralaskan tumpukkan jerami lembab...
jutaan laron-laron menyerang sebuah lampu neon
diatas langit-langit penuh bercak rembesan air hujan
menjadi saksi ketakutan cahaya kunang-kunang yang redup
diantara tepian sungai yang telah pasang surut...
apakah benar rumah adalah tempat tebaik untuk mati?
atau kematian hanyalah kesengsaraan yang telah berakhir
setelah melewati penyiksaan-penyiksaan kehidupan...
kemana lagi perginya roh perana kehidupan?
apakah mereka akan mendapatkan jaminan sebuah rumah
untuk berteduh setelah kematian-kematian?
ataukah dia hanya akan dianiaya
dengan lebih tak berprikemanusiaan didalam dunia fana
yang terus membuatnya penasaran tiada berkesudahan...
setelah itu, kehidupan dan kematian pun ada hal yang sama!
23:37
8 february 2004
sunday
EdSeN meneteskan darah pada saat 8:07 AM
Sunday, February 01, 2004
dendam kesumat
tak ada yang tahu akan kebenaran
arti sebuah dendam yang berdiam terselubung
dibalik seorang perempuan berkumis
dengan helai-helai janggut penderitaan beruntun
didalam langkah-langkah kakinya
bersama sepasang sepatu bertumit patah
menggembleng anak-anak asa
yang telah terpatah-patah didalam rahim,
air ketuban yang terus mengalir tiada henti
dari janin-janin perawan dosa
membasahi tiap-tiap jalanan yang pernah terlewati
diiringi air mata kesumat yang jatuh
tertiris diantara kedua telapak tangan yang pecah...
sembari hanya meratap keatas langit malam
yang hampa tanpa bintang rembulan,
sungguh perjalanan sebuah dendam kesumat
yang terus berkelanjutan...
hingga berakhir diterminal stasiun ajal
dan kereta api kematian yang datang menjemput
detik-detik kehidupan...
20 january 2004
02:24
tuesday
EdSeN meneteskan darah pada saat 8:20 AM
|
|