blog*spot
get rid of this ad
Terali Picis


Wednesday, March 03, 2004

malam terakhir


hei... lihat dibelakang pintu gerbang,
ternyata ada resep kematian ramuan penghuni kuburan
dilantai berkeset baja yang penuh darah beku
dan sepotong daging busuk yang telah berulat
dikerat-kerat beberapa ekor serigala hutan,
mereka bersulang dengan beberapa gelas arak
sembari merokok mereka melakukan ritual penyambutan
kedatangan pecundang kiamat yang telah mulai terlihat,
dialah dewa ajal beristrikan malam yang mati
dikawal jutaan kelabang dan tarantula pencinta bangkai,
bersama mereka memperkosa dan membunuh rembulan,
bahkan mereka menganiaya dan membantai bintang-gemintang,
halimun kosong yang menyesakkan sukma
menjadi bukti dan saksi kedatangannya,
misteri gaib kiamat akan datang memusnahkan roda kehidupan
dibalik mistiknya alam yang telah kehilangan ramah-tamahnya.



03:25
17 february 2004
tuesday


EdSeN meneteskan darah pada saat 8:50 AM


tiang-tiang cabul menyisip noda darah dibalik penjara!

Bercak-bercak darah terselip dibalik dinding duka, akankah penjara ini menjadi saksi kerangka yang menjadi debu dibalik batu-batu? lorong gelap yang mengundang cekam didalam setiap langkah, sarang laba-laba menghiasi tiang-tiang cabul yang terkunci didalam labirin mistik, mencoba menyisip noda diatas tanah lembab, berlumpur... jejak tapak kaki yang tak memberi petunjuk dimana jarum mata angin hendak pergi. Terali picisan yang selalu mengeluh akan sebuah tangis-rintih cinta ditengah malam...

Tulisan-tulisan kemarin

10/01/2003 - 11/01/2003
11/01/2003 - 12/01/2003
12/01/2003 - 01/01/2004
01/01/2004 - 02/01/2004
02/01/2004 - 03/01/2004
03/01/2004 - 04/01/2004
04/01/2004 - 05/01/2004
06/01/2004 - 07/01/2004
09/01/2004 - 10/01/2004
12/01/2004 - 01/01/2005
01/01/2005 - 02/01/2005
02/01/2005 - 03/01/2005
03/01/2005 - 04/01/2005
04/01/2005 - 05/01/2005

pesan & kesan

~*"Ruang Bilik Kamar EdSeN"*~

tetes-tetes darah yang membanjir didalam jeruji!

bagaikan derasnya air hujan yang mengguyur... Darah pun kian membanjir didalam penjara terkutuk ini, hanya ada rangka tengkorak menemani langkah kaki malam... Diiringi simfoni lengkingan setan yang bernyanyi, mewakili dentang sang waktu yang mati diseberang puri, tikus-tikus pemakan jasad bangkai berpesta pora didalam mistiknya kesunyian, dan ragam tarantula datang memberi berkah kematian dengan racun melelehkan seluruh daging dan kulit... Hingga akhirnya, tetes darah membanjir didalam jeruji!