blog*spot
get rid of this ad
Terali Picis


Tuesday, June 01, 2004

kesendirian


sebuah kotak kadus berisi pecahan gelas
yang telah basah oleh tumpahan anggur
bersama darah yang terus mengalir tiada henti
dari pelipis mata yang luka akibat sentilan rokok
yang membakar siluet martabat.

keping-keping harkat yang terus saja berkata
jikalau dia telah kehilangan ransel kehidupannya
dan rase-rase itulah yang telah mencurinya
hingga meninggalkannya terlanjang kedinginan
membeku ditengah salju yang menggigit.

eh coba lihat... dia sedang mengulum bongkahan es
untuk mempertahankan nafasnya yang tersisa
dan sebatang lilin yang masih enggan dinyalakan
tersimpan rapi didalam sakunya yang penuh tambalan,
aduh... sampai kapan dia akan menangis terus?
dia hanya menunggu serangga yang datang
melewati sepasang alisnya yang rontok
untuk dijadikan sarapan bagi lambungnya
yang telah keroncongan memohon rasa iba majikannya...



08:38
21 may 2004
friday

EdSeN meneteskan darah pada saat 2:47 AM


tiang-tiang cabul menyisip noda darah dibalik penjara!

Bercak-bercak darah terselip dibalik dinding duka, akankah penjara ini menjadi saksi kerangka yang menjadi debu dibalik batu-batu? lorong gelap yang mengundang cekam didalam setiap langkah, sarang laba-laba menghiasi tiang-tiang cabul yang terkunci didalam labirin mistik, mencoba menyisip noda diatas tanah lembab, berlumpur... jejak tapak kaki yang tak memberi petunjuk dimana jarum mata angin hendak pergi. Terali picisan yang selalu mengeluh akan sebuah tangis-rintih cinta ditengah malam...

Tulisan-tulisan kemarin

10/01/2003 - 11/01/2003
11/01/2003 - 12/01/2003
12/01/2003 - 01/01/2004
01/01/2004 - 02/01/2004
02/01/2004 - 03/01/2004
03/01/2004 - 04/01/2004
04/01/2004 - 05/01/2004
06/01/2004 - 07/01/2004
09/01/2004 - 10/01/2004
12/01/2004 - 01/01/2005
01/01/2005 - 02/01/2005
02/01/2005 - 03/01/2005
03/01/2005 - 04/01/2005
04/01/2005 - 05/01/2005

pesan & kesan

~*"Ruang Bilik Kamar EdSeN"*~

tetes-tetes darah yang membanjir didalam jeruji!

bagaikan derasnya air hujan yang mengguyur... Darah pun kian membanjir didalam penjara terkutuk ini, hanya ada rangka tengkorak menemani langkah kaki malam... Diiringi simfoni lengkingan setan yang bernyanyi, mewakili dentang sang waktu yang mati diseberang puri, tikus-tikus pemakan jasad bangkai berpesta pora didalam mistiknya kesunyian, dan ragam tarantula datang memberi berkah kematian dengan racun melelehkan seluruh daging dan kulit... Hingga akhirnya, tetes darah membanjir didalam jeruji!