blog*spot
get rid of this ad
Terali Picis


Thursday, January 20, 2005

kesombongan


hembusan angin yang merinding kuduk
telah membawa serta laras bersenapan luka
diantara desau murung pepohonan yang memancung raga
dan tulang kering dedaunan yang menyunting silam
akan kedatangan sebuah ilusi kematian...

pria itu telah melafalkan sesajak nafasnya,
yang terengah-engah membisu didalam bisiknya
hingga keringatnya pun membintik debu-debu diantara embun,
bersama sebatang puntung rokok yang mengabu
diantara asbak kekosongan...

selanjutnya,
penantian angkuh yang tak pernah kunjung tiba
tertebar disepanjang pelabuhan angkara
dengan mempertahankan sesudut kekerasan jiwa
yang masih saja penuh dengan ungkapan kesombongan...



01:38
18 januari 2005
selasa


EdSeN meneteskan darah pada saat 1:11 PM


tiang-tiang cabul menyisip noda darah dibalik penjara!

Bercak-bercak darah terselip dibalik dinding duka, akankah penjara ini menjadi saksi kerangka yang menjadi debu dibalik batu-batu? lorong gelap yang mengundang cekam didalam setiap langkah, sarang laba-laba menghiasi tiang-tiang cabul yang terkunci didalam labirin mistik, mencoba menyisip noda diatas tanah lembab, berlumpur... jejak tapak kaki yang tak memberi petunjuk dimana jarum mata angin hendak pergi. Terali picisan yang selalu mengeluh akan sebuah tangis-rintih cinta ditengah malam...

Tulisan-tulisan kemarin

10/01/2003 - 11/01/2003
11/01/2003 - 12/01/2003
12/01/2003 - 01/01/2004
01/01/2004 - 02/01/2004
02/01/2004 - 03/01/2004
03/01/2004 - 04/01/2004
04/01/2004 - 05/01/2004
06/01/2004 - 07/01/2004
09/01/2004 - 10/01/2004
12/01/2004 - 01/01/2005
01/01/2005 - 02/01/2005
02/01/2005 - 03/01/2005
03/01/2005 - 04/01/2005
04/01/2005 - 05/01/2005

pesan & kesan

~*"Ruang Bilik Kamar EdSeN"*~

tetes-tetes darah yang membanjir didalam jeruji!

bagaikan derasnya air hujan yang mengguyur... Darah pun kian membanjir didalam penjara terkutuk ini, hanya ada rangka tengkorak menemani langkah kaki malam... Diiringi simfoni lengkingan setan yang bernyanyi, mewakili dentang sang waktu yang mati diseberang puri, tikus-tikus pemakan jasad bangkai berpesta pora didalam mistiknya kesunyian, dan ragam tarantula datang memberi berkah kematian dengan racun melelehkan seluruh daging dan kulit... Hingga akhirnya, tetes darah membanjir didalam jeruji!